Sabtu, 19 November 2011

AGAR DOA DIKABULKAN

1.  Seluruh do’a akan dikabulkan
Perhatikanlah ayat di bawah ini yang artinya
          “aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a.”
          Dalam ayat ini tidak disebutkan bahwa Allah akan mengabulkan doa orang yang mukmin saja, atau doa orang yang bertakwa saja atau doa orang yang saleh dan lain sebagainya. Artinya, siapa pun orang yang berdoa pada Allah, maka Dia akan mengabulkan doanya, tanpa terkecuali. Asalkan ia mau mengikuti rambu-rambu yang benar serta syarat-syarat yang ada dalam berdoa, maka doanya akan didengar dan dikabulkan.
          Apakah anda merasa diri anda selama ini berlumuran dosa an maksiat?!? Berdoalah kepada Allah, agar di menolong anda untuk menghentikannya. Apakah anda merasa diri anda selama ini kurang beribadah dan beramal saleh ? berdoalah kepada Allah agar dia menuntun anda untuk senantiasa beribadah dan beramal saleh.
          Di dalam Al-qur’an dikisahkan, iblis memohon kepada Allah seraya berdoa,
          berilah aku ( dan keturunanku ) penangguhan sampai waktu mereka dibangkitkan.”
(QS.al-A’raf:14)
          Doa ( permohonan ) iblis dikabulkan oleh Allah, maka seluruh keturunannya pun tidak akan mati sampai hari kiamat tiba. Bagaimana dengan doa kita, khususnya anda? Tentu saja, do’a kita semua akan dikabulkan Allah.
2.  Pertanyaan dan jawaban mengenai doa
Kami akan memberitahukan anda sebuah perkara yang sangat
          Menakjubkan. Para sahabat Rasulullah banyak bertanya kepada Rasulullah SAW tentang berbagai masalah, dan semua pertanyaan itu dijawab Allah ta’ala di dalam Al-Qur’an dengan kata awal-nya, “Qul ( katakanlah )”.
          Contohnya “mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit ? maka katakanlah,’bulan sabit itu adalah tanda –tanda waktu bagi manusia dan ( bagi ibadah haji )’.” (QS.al-Baqarah:189)
          “mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan? Maka katakanlah, ‘apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan’.” ( Q.S al-Baqarah : 215 )
          Semua pertanyaan di atas dan juga yang lainnya, jawabannya dimulai dengan kata qul (katakanlah). Hanya ada satu pertanyaan saja yang berbeda jawabannya. Yaitu yang ditanyakan oleh seorang Arab badui kepada Rasulullah SAW, dimana dia berkata, “ Ya Rasulullah ! Apakah Tuhan kita jauh, sehingga kita memanggilnya, ataukah Dia dekat, sehingga kita cukup berbisik (berkata lirih) kepada-Nya?” Maka turunlah firman Allah ta’ala yang berbunyi,
          “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu ( wahai Muhammad ) tentang Aku, bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku,” (Q.S al-Baqarah : 186)
          Allah SWT tidak mengatakan, “Katakanlah kepada mereka, bahwasanya aku dekat” sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut. Mengapa demikian ? karena dalam hal berdoa, Allah sama sekali tidak ingin ada perantara antara Dia dan Anda, walaupun perantara itu adalah Rasulullah SAW sendiri. Ayat yang diturunkan Allah tidak berbunyi, “Katakanlah (Ya Muhammad) kepada mereka, bahwasanya aku adalah dekat”. Namun ayat itu berbunyi, “Bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan oran g yang berdoa, apabila ia memohon Kepada-Ku.” ( Q.S al-Baqarah : 186 )
          Dari penjelasan di atas, maka pastinya anda tidak men=butuhkan seseorang yang bertugas sebagai perantara antara diri anda dan Allah SWT, jika anda mendekta kepada-Nya, maka Dia mendatangi anda. Dia menyayangi anda, memberikan anda rezeki dan menyembuhkan penyakit anda serta mencarikan jalan keluar dari semua masalah yang anda hadapi!
3.jawab as-syarti dalam rangkaian kata berkenaan dengan do’a
Di dalam bahasa Arab jawabus syarti adalah sebagai jawaban atas fi’lu (kata kerja) syarhti . contohnya anda mengatakan , “Apabila anda membuka jendela, maka udara akan masuk.” Atau, “Apabila anda belajar, maka anda akan mendapatkan hasil yang baik.” Jadi fi’l syarti-nya adalah “anda membuka”, sedangkan jawabannya adalah “Maka udara akan masuk”. Dalam kalimat ke-dua, fi’l syartinya adalah “anda belajar” sedangkan jawabannya adalah, “maka anda akan berhasil”
          Dalam kalimat syarthi, harus dihadirkan fi’l syarthi terlebih dahulu untuk memperoleh jawaban syarthi-nya. Apabila anda tidak membuka jendela, maka udara tidak akan masuk. Apabila anda tidak belajar, maka anda tidak akan berhasil. Agar tidak mendapat jawaban, anda terlebih dahulu harus bekerja yang memndatangkan jawaban. Dan usaha (kerja) itu adalah doa.
          Sementara firman Allah ta’ala yang berbunyi
“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,” (Q.S al-Baqarah : 186) Disini di lihat jawsabusi syarthi terlebih dahulu baru fi’linya. Kenapa bisa demikian ?
          Ini merupakan dalil yang menunjukkan bertapa pemurahnya Allah kepada para hamba-Nya, yaitu Dia akan mengabulkan doa anda, walaupun itu hanya sekadar doa, dan itu pun terjadi sebelum anda mulai meminta doa (berdoa). Ini adalah puncak karunia, dan ia tidak datang kecuali dari sisi Allah semata. Kenyataan ini selaras dengan  hadis Rasulullah SAW yang menyebutkan.
          tidak ada yang lebih mulia di hadapan Allah ta’ala selain doa ”. (HR. Tirmidzi)
          Begitu juga hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik ra,. Bahwasanya ia berkata, Rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dari Tuhannya Azza wa jalla,
          ada empat perkara ; dimana satu perkara untuk-Ku, satu lagi untuk-Mu, satu yang lai adalah antara Aku denganmu, dan satu yang terakhir adalah antara kamu dengan hamba-Ku. Yang khusus untuk-Ku adalah kamu menyembah-ku dan tidak menyekutukan-Ku dengan apapun, sedangkan yang khusus untukmu adalah kebaikan apapun yang kamukerjakan, Aku pasti membalasnya. Sementara yang khusus antara Aku denganmu adalah kamu berdoa dan Aku yang mengabulkan. Dan terakhir yang khusus untukmu dan para hamba-Ku adalah kamu membuat mereka senang (ridha) sama seperti kamu membuat dirimu ridha.”
          Setelah kita mengupas tiga pembahasan dalam ayt di atas, apakah kita tidak juga tergerak untuk memperbanyak doa? Ataukah, apakah kita masih merasa tidak perlu banyak berdoa kepada Allah? Belum cukuplah hikmah-hikmah yang terkandung dalam ayat di atas melunakkan hati kita? 


Sumber : agar doa selalu dikabulkan Allah oleh Ismail,M.A dan Fadillah ulfa.Lc